Senin, 17 November 2014

KOTA YANG BERBASIS EKOLOGI


Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan sebuah kota adalah besarnya populasi manusia atau kecepatan laju pertambahan penduduk, sebab dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan pangan dan bahan bakar industri serta transportasi akan meningkat, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan kota. Strategi yang diperlukan dalam pembangunan kota hemat energi adalah efisiensi, intensifikasi, konservasi, revitalisasi di dalam upaya menyelaraskan pembangunan kembali kota. Beberapa klaim bahwa kota berbasis energi akan mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi, perlindungan pada daerah pori-pori dan daerah hijau, akses yang lebih baik kepada fasilitas dan layanan kota dengan lokasi hunian yang berbasis ekologi.
Sumber daya geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi sebuah kota, terbentuk di alam baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menciptakan teknologi agar dapat dirubah dan dikonversikan menjadi energi kehidupan. Energi diperlukan bagi setiap kota dan makhluk di bumi karena memiliki kemampuan melakukan usaha atau kerja. Sumber daya geologi yang dapat digunakan sebagai energi yaitu minyak bumi, gas alam, batubara, panas bumi, air, mineral radioaktif, angin, gelombang air laut, dan radiasi matahari
Yang perlu diperhatikan dalam pembangunan dan perencanaan kota inti, satelit dan suburban yang berbasis energi hijau adalah pencemaran udara, ada 9 jenis bahan pencemaran udara dari bahan bakar energi yang dianggap penting, tiga diantaranya sangat dominan dan banyak dilepaskan pada saat pembakaran bahan bakar fosil, yaitu : kelompok Oksida carbon yang terdiri dari atas carbon monoksida [CO] dan karbon dioksida [CO], kelompok Oksida sulfur yang terdiri atas sulfur dioksida [S] dan sulfur trioksida [SO] serta kelompok Oksida nitrogen yang terdiri atas nitrogen oksida [NO], dan dinitrogen oksida [N2O].
Dengan penggunaan energi hijau merupakan bagian dari konsep kota hemat energi juga merupakan salah satu konsep perencanaan kota hunian yang humanis, harus terintegrasi dengan stasiun transportasi dan prasarana fasilitas publik agar dapat mencapai kota ramah lingkungan.

Wanatani Kopi Berbasis Ekologi di Dusun Bendosari, Kota Salatiga


Masyarakat di Dusun Bendosari, Desa Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, merupakan masyarakat petani yang dinamis. Lahan-lahan tidak produktif diolah menjadi lebih produktif. Batu-batu besar dipecahkan dan disingkirkan, agar lahan menjadi lebih layak untuk ditanami tanaman bernilai ekonomi seperti kopi (sebagai tanaman tahunan) dan beberapa tanaman semusim. Banjir dan erosi merupakan bagian dari masalah setiap tahun, utamanya bagi wilayah bagian bawah Dusun Warak. Suatu model wanatani kopi yang berbasis ekologi sedang tumbuh. Untuk itulah maka wanatani ini, perlu didukung dan atau dijelaskan dengan dasar-dasar teori ilmiah. Pengelolaan lahan dengan model tersebut menjadi pilihan, karena sesuai dengan kondisi geografis wilayah tersebut dan terutama kondisi lahannya. Penanaman tanaman keras, tanaman produksi, dan tanaman pangan dalam satu lahan degan komposisi dan struktur tertentu, adalah bagian dari model tersebut. Penerapan model budidaya khusus tersebut ternyata telah menciptakan kondisi ekologi yang mantap dan dengan demikian diyakini akan menjadi tumpuan pengembangan ekonomi keluarga. Diharapkan model wanatani seperti ini, dapat menjadi contoh untuk diterapkan ditempat lain yang mirip sebagai upaya konservasi sekaligus peningkatan ekonomi warga.

Yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai gambaran program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam kaitannya dengan pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sekitar lingkungan hutan, yaitu desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Malang. Oleh karena itu fokus masalah penelitian dirinci ke dalam dua aspek, yaitu. Bagaimanakah gambaran dan proses dari program kemitraan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?. Apakah ada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa Bendosari dengan dilaksanakannya program kemitraan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)tersebut?
Populasi penelitian ditentukan atas dasar purposive, yaitu: masyarakat desa sekitar hutan di wilayah Pujon. merupakan penggarap lahan hutan (pesanggem). Jumlah populasi seluruhnya adalah 149 pesanggem/kk. Sampel ditentukan sebanyak 25% dari total populasi dan diambil secara random, sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 37 pesanggem. Sedangkan teknik penentuan informan berdasarkan teknik snawball, yaitu mereka yang terlibat dan memahami tentang program PHBM, baik dari pihak Perhutani, tokoh masyarakat, dan pengamat sosial-pertanian..
          Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Perum Perhutani tersebut telah mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Malang yang ditandai dengan:
·         Perubahan jenis pekerjaan yang semula penjarah hutan dan buruh bangunan menjadi relatif menetap sebagai petani penggarap
·         Menambah luas lahan garap pertanian masyarakat,
·         Meningkatnya pendapatan masyarakat,
·         Meningkatnya kondisi fisik rumah dan perbaikan sarana jalan desa,
·         Peningkatan hubungan sosial, kerjasama dan memberikan ketenangan secara psikologis,
·         Peningkatan kemampuan dalam membiayai pendidikan formal anak,
·         Peningkatan dalam hal pemenuhan kebutuhan primer keluarga, seperti pangan, sandang, dan perumahan,
·         Peningkatan dalam penanganan kesehatan keluarga, dan
·         Penambahan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertanian.





Desain Taman Cilaki Atas Kota Bandung Berbasis Ekologi 

Taman kota adalah ruang terbuka hijau yang mengakomodasi kebutuhan kegiatan sosial. Estetika dan ruang ekologi fungsi lain dari taman kota. Bandung adalah salah satu dari banyak kota yang memiliki banyak taman kota, dengan potensi untuk memberikan keseimbangan ekologi di kota. Namun, taman kota yang tersedia dalam kebanyakan kasus dibuat hanya untuk kecantikan dan fungsi sosial, sementara fungsi lainnya masih bisa dimaksimalkan. Fungsi taman kota yang sering terlupakan adalah pengendali keseimbangan ekologi. Atas Cilaki Bandung Urban Park adalah salah satu dari itu. Taman kota yang memaksimalkan fungsi ekologis dan memahami karakteristik ekologi lanskap diperlukan. Salah satu
  aspek ekologi yang menjadi titik utama dalam masalah parkir adalah aspek hidrologi. Karakteristik taman topografi yang relatif curam, menyebabkan banyak penghapusan tanah lapisan atas. Sebuah analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan desain taman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pengguna dari taman kota untuk mengetahui kebutuhan dan harapan pengguna terutama untuk keberlanjutan ekologi lingkungan. Kemudian, desain taman kota fungsional, estetika, dan ekologis akan diproduksi. Konsep dasar yang digunakan adalah eco taman kota. Dalam proses desain, penting untuk dicatat rekreasi dan aspek ekologi. Ekologi yang disebutkan di sini mencakup siklus lingkungan alam dan pelestarian budaya lokal. Konsep desain menerapkan pola gugup untuk menciptakan nuansa kota. Pola-pola ini menjadi titik fokus yang memecah kesan alami dari taman. Tujuh kolam retensi yang dihubungkan dengan bioswale dibangun untuk mendukung fungsi ekologis. Kolam akan memaksimalkan infiltrasi air limpasan cache serta kebutuhan irigasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan pedoman dalam merancang taman kota berdasarkan ekologi.



BERBASIS EKOLOGI BIOPORI       
Pembangunan ekologi hijau di Kota Medan memerlukan perencanaan berkelanjutan, agar kota ini menjadi kota yang layak dihuni, harmonisasi dengan ekologi hijau terbuka, yaitu pembangunan ruang hijau terbuka sebagai upaya solusi mitigasi dini, dikonsentrasikan sebagai kota berbasis bencana ekologi biopori.                                            


Solusi tersebut, untuk mengatasi banjir dengan menata kawasan hijau di pinggiran sungai menuju ke inti kota. Tata ruang hijau dapat difungsikan di kawasan pintu gerbang perbatasan Medan sekitarnya, untuk mencegah berkurangnya daerah rawa-rawa, serta mengidentifikasi wilayah itu apakah daerah rawan zona lintasan banjir, banjir rob, banjir raksasa (tsunamis). Ataukah zona wilayah rawan jangkauan erupsi banjir lava-lahar hujan gunung api Sibayak dan Sinabung ke wilayah Kota Medan dalam rangka mereduksi dampak bencana fisik dan alamiah kepada penduduk yang datang secara berkala.

Selain menata tata ruang hijau untuk kawasan banjir, maka Medan harus menjadi negeri biopori terbanyak di Indonesia, yang terbukti dapat mencegah dan mengurangi dampak banjir akibat keterbatasan lahan hijau. Biopori dapat digunakan untuk mencegah rembesan air dan mengurangi kekeringan air akibat tingkat keakaran pohon hijau mengalami kondisi distabilitas oleh konstruksi beton.                                                        Fungsi biopori dapat memberikan berbagai keuntungan bagi kelanjutan tata ruang air dan siklus air bersih berkelanjutan, geohidrologi air akan berjalan lancar, memberi efek sampingan yaitu terjadi keseimbangan dan kekuatan tanah tetap stabil, sehingga bangunan di atasnya tidak mengalami gejala fleksure dan gerakan tanah.       

Namun saat ini, RTH di Medan tersedia seluas 10% dari yang diamanahkan UU tahun 2006 minimal 30% atau sekitar 3.000 hektar, kawasan RTH dapat difungsikan sebagai kawasan biopori, karena Medan memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga memerlukan rongga-rongga tanah yang terbuka, sebagai alternatif terbaik dari pembuatan drainase yang sering mengalami penyumbatan penyebab genangan air dan banjir serta tingkat kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan masih rendah.

1 komentar:

  1. Tolong tulis sumber tulisan, banyak data pustaka dalam tulisan ini

    BalasHapus