Akhir akhir ini banyak sekali kasus yang bermunculan mengenai
pedofilia. Karena terungkapnya satu kasus disebuah sekolah dijakarta, sekolah
bertaraf internasional. Semenjak kasus itu terungkap banyak sekali kasus
lainnya yang sama seperti ini terekspose oleh media. Pada informasi berita di
setiap stasiun televise banyak menginformasikan pedofilia yang semakin merajalela.
Perilaku yang sangat tidak terpuji ini dilakukan oleh orang orang tidak memiliki
hati nurani. Pelaku yang tidak bemoral itu sangat merugikan sekali pada
korbannya.
Mari Pertama kita cari tau apa itu pedofilia ? Kata ini berasal
dari bahasa Yunani: paidophilia (παιδοφιλια)—pais (παις,
"anak-anak") dan philia (φιλια, "cinta yang
bersahabat" atau "persahabatan".Di zaman modern, pedofil
digunakan sebagai ungkapan untuk "cinta anak" atau "kekasih
anak" dan sebagian besar dalam konteks ketertarikan romantis atau seksual.Infantofilia,
atau nepiofilia, digunakan untuk merujuk pada preferensi seksual untuk bayi dan balita (biasanya umur 0-3).Pedofilia
digunakan untuk individu dengan minat seksual utama pada anak-anak prapuber yang
berusia 13 atau lebih muda.Hebephilia didefinisikan sebagai
individu dengan minat seksual utama pada anak prapubertas yang berusia 11
hingga 14 tahun.DSM IV tidak memasukkan hebephilia di dalam daftar di antara
diagnosis, sedangkan ICD-10 mencakup hebephilia dalam definisi pedofilia.
Pedofilia dapat digambarkan sebagai gangguan preferensi seksual,
fenomenologis mirip dengan orientasi heteroseksual atau homoseksual karena itu
muncul sebelum atau selama pubertas, dan karena stabil sepanjang waktu.Pengamatan
ini, bagaimanapun, tidak mengecualikan pedofilia dari kelompok gangguan jiwa
karena tindakan pedofil menyebabkan kerugian, dan pedofilia kadang-kadang dapat
dibantu oleh para profesional kesehatan mental untuk menahan diri dari
bertindak atas impuls mereka.
Sedangkan 2 sampai
4% dari laki-laki dengan preferensi untuk orang dewasa memiliki preferensi
homoseksual, 25 sampai 40% dari laki-laki dengan preferensi untuk anak-anak
memiliki preferensi seksual sejenis. Namun, tidak seperti laki-laki dengan
preferensi homoseksual dewasa, laki-laki dengan preferensi anak yang sama-seks
biasanya tidak menunjukkan perilaku masa kanak-kanak lintas gender. Rata-rata,
orang dengan preferensi seks sejenis lebih menyukai hubungan seksual dengan
anak yang lebih tua daripada laki-laki dengan preferensi terhadap anak yang
heteroseksual.
Interaksi diri dengan teknologi internet tak sedikit memberi
dampak negatif. Apalagi interaksi dengan internet yang berlebihan memberi
dampak negatif yang signifikan pada kehidupan remaja usia 12-18 tahun. Bahkan
media masa di Indonesia menyoroti kecenderungan meningkatnya korban remaja
akibat penggunaan facebook pada awal Februari 2010, dan Komisi Perlindungan
Anak paling tidak mencatat 100 laporan pengaduan dengan korban anak-anak dan
remaja akibat penggunaan negatif interaksi dunia maya pada awal-awal tahun
2010.
Anak biasanya diperoleh oleh
pedofil yang menggunakan gambar untuk berbagai keperluan, mulai dari
menggunakannya untuk kepentingan seksual pribadi, perdagangan dengan pedofil
lain, menyiapkan anak-anak untuk pelecehan seksual sebagai bagian dari proses
yang dikenal sebagai "perawatan anak", atau bujukan yang mengarah ke jebakan untuk eksploitasi
seksual seperti produksi pornografi anak yang baru atau prostitusi anak.
Meskipun pedofilia belum ada obatnya, berbagai perawatan yang
tersedia yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah ekspresi perilaku
pedofilia, mengurangi prevalensi pelecehan seksual terhadap anak. Pengobatan
pedofilia sering membutuhkan kerjasama antara penegak hukum dan profesional
kesehatan. Sejumlah teknik pengobatan yang diusulkan untuk pedofilia telah
dikembangkan, meskipun tingkat keberhasilan terapi ini sangat rendah.
Terapi perilaku
kognitif telah terbukti
mengurangi residivisme pada orang yang memiliki hubungan dengan pelaku
kejahatan seks.Menurut seorang seksolog asal Kanada Michael Seto, perawatan perilaku kognitif mempunyai sasaran,
keyakinan, dan perilaku yang dipercaya untuk meningkatkan kemungkinan
pelanggaran seksual terhadap anak-anak, dan "pencegahan untuk kambuh"
adalah jenis yang paling umum dari pengobatan perilaku kognitif. Teknik-teknik
pencegahan untuk kambuh kembali didasarkan pada prinsip-prinsip yang digunakan
untuk mengobati kecanduan. Ilmuwan lain juga melakukan beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa tingkat residivisme pedofil dalam terapi lebih rendah dari
pedofil yang menjauhi terapi.
Perilaku perawatan
terhadap target gairah seksual kepada anak-anak, menggunakan teknik kejenuhan
dan keengganan untuk menekan gairah seksual kepada anak-anak dan sensitisasi
terselubung (atau rekondisi masturbatori) untuk meningkatkan gairah seksual
bagi orang dewasa.[53] Perilaku perawatan
tampaknya berpengaruh terhadap pola gairah seksual pada pengujian phallometriK,
tetapi tidak diketahui apakah perubahan uji mewakili perubahan kepentingan
seksual atau perubahan dalam kemampuan untuk mengendalikan stimulasi genital
selama pengujian.
Menurut Lidia Sandra, dosen Fakultas Psikologi UKRIDA, Jakarta
dampak negatif terkait interaksi diri dan internet mencakup adiksi pada
permainan online, cybersex, role-playing fantasi. Kerancuan identitas inpun
disorot sebagai dampak buruk penggunaan internet, ancaman lainnya adalah
bullying, child pornography dan penyebaran pedophilia melalui internet.
"Hal ini tentu menambah daftar kekhawatiran orang tua akan bahaya internet
yang mengancam anak-anak dan remaja. Berbagai modus kriminalitas baru disinyalir
terjadi karena kehadiran internet seperti penipuan identitas, pencemaran nama
baik, phising data pelanggan perusahaan," ujarnya di Auditorium Fakultas
Psikologi UGM, Rabu (5/9) saat menempuh ujian terbuka program doktor.
Kata Lidia, berbagai dampak negatif tersebut diduga karena efek
anonimitas di dunia maya. Bahwa godaan anonimitas, multiplisitas dan
invisibility yang terjadi saat pembuatan identitas online menjadi faktor
penyebab berbedanya perilaku seseorang didunia maya. "Diri di dunia maya diwakili
oleh identitas online, identitas online adalah cara individu membedakan dirinya
dengan individu lain ketika terhubung ke jaringan internet, yaitu setiap
kombinasi rincian yang memungkinkan pembedaan seorang pengguna jaringan dapat
diakui sebagai identitas online individu," katanya.
Sumber :